Oleh : Siti Barokah, S.Pd.

LANSIA

Menjadi tua adalah sebuah kepastian. Namun kenyataannya banyak yang tidak siap untuk menjadi tua karena dianggap sebagai peristiwa yang menyakitkan. Menjadi tua dianggap akhir dari segalanya, karier, eksistensi, bahkan merasa tidak berguna.

Kondisi Lansia di Indonesia, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi penduduk lanjut usia (lansia) 18 juta jiwa (9,77%) dari total penduduk Indonesia pada 2010 dan menjadi sekitar 26 juta (11,34%) pada 2020 serta diprediksi akan terus meningkat hingga 48,2 juta jiwa (15,8%) pada 2035. Dari seluruh lansia yang ada di Indonesia, lansia muda (60-69 tahun) jauh mendominasi dengan besaran yang mencapai 63,82%, selanjutnya diikuti lansia madya (70-79 tahun) sebesar 27,68% dan lansia tua (80+ tahun) sebesar 8,50%.

Masalah lansia ternyata bukan hanya faktor kesehatan saja, tetapi juga faktor psikososial dan budaya. Oleh karena itu penanganan lansia perlu dilakukan secara holistis integratif dan komprehensif. Perhatian yang memadai terhadap faktor kesehatan, psikologi, budaya, dan sosial merupakan bagian dari upaya yang diperlukan untuk memenuhi hak dan kebutuhan lansia.

Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.

Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal, apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidup yang bersangkutan tetap baik. Perubahan status gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.

Faktor kesehatan yang berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminum para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya.

Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi kurang maupun gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi sebagi akibat adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi, mengevaluasi faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan gizi serta merencakan bagaimana gangguan gizi tersebut dapat diperbaiki.

Menurut World Health Organization (WHO)lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.

Pemantauan Status Gizi Pada Lansia

  • Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara – cara yang baku bagi berbagai tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tak langsung. Penilaian secara langsung dilakukan melalui pemeriksaan klinik, antropometrik, biokimia dan biofisik.

Kurang gizi : kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.

 

Kebutuhan Gizi Pada Lansia

  1. Kalori

Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena metabolisme seluruh sel dan kegiatan otot berkurang. Berdasarkan AKG Tahun 2019, kebutuhan kalori untuk usia 50 – 64 tahun adalah 1800 kalori, usia 65-80 tahun adalah 1550 kalori dan usia diatas 80 tahun adalah sebesar 1400 kalori. Para lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap ideal.

      

  1. Protein

Contoh makanan sumber protein berkualitas baik seperti susu, telur, ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-20% dari total kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.

       

  1. Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 – 60% dari kalori total. Makanan sumber karbohidrat adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong, dll.

       

  1. Lemak

Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 – 25% dari energi total. Kelebihan dan kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi seperti otak, kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan mentega dan lebih dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak nabati atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll

       

  1. Serat

Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit. Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena kelemahan tonus otot dinding saluran cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi asupan cairan dan serat.  Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari untuk usia lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian seperti kacang..

       

  1. Vitamin

Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung pada lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan asam folat

      

 

Tips Gizi Untuk Lansia

  1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
  2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.
  3. Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari
  4. Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan pengawet
  5. Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt, dll. Kalsium penting untuk kesehatan tulang.
  6. Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun porsi kecil.
  7. Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan yang terlalu gurih dan manis.
  8. Batasi minum kopi atau the dan hindari rokok dan alkohol.

 

Contoh Menu Sehari untuk Lansia

Makan Pagi   : Egg Sandwich with Vegetable dan Buah Papaya 1 potong ukuran sedang

     

Snack Pagi     : Pisang 1 buah

Makan siang  : Nasi 150 gr, Pepes Ikan Bandeng 1 potong, Tempe Goreng 1 potong, Sayur Bayam 1 mangkuk kecil

   

Snack Sore     : Ubi Rebus 1 potong sedang

   

Makan Malam : Nasi putih 100 gr, Ayam Panggang 1 potong, Tahu Bacem 1 potong, Sayur Asem 1 mangkuk kecil

      

Snack Malam : Susu Rendah Lemak 150-200 ml

Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan yang harus dilakukan seperti :

  1. Olahraga teratur dan sesuai
  2. Istirahat dan tidur yang cukup
  3. Menjaga kebersihan
  4. memerikasakan kesehatan tubuh secara teratur
  5. Keseimbangan mental dan batin
  6. Rekreasi
PENTINGNYA GIZI UNTUK LANSIA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *