Oleh : Siti Budi Utami, S.Gz., MPH.
Bulan Ramadan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim, karena pada bulan tersebut umat muslim menjalankan puasa sebulan penuh. Puasa diwajibkan untuk semua golongan kecuali orang yang sedang sakit, anak-anak, lansia yang tidak mampu menjalankan puasa, serta ibu hamil dan ibu menyusui. Namun, dengan besarnya manfaat spiritual dari puasa Ramadan banyak ibu hamil yang ingin menjalankan puasa. Amankah untuk dirinya dan janinnya?
Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa puasa Ramadan tidak memiliki dampak buruk pada kehamilan, baik kesehatan ibu maupun janin. Kekhawatiran berat badan lahir rendah bagi ibu yang berpuasa juga tidak terbukti dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan. Sebuah metanalisis dilakukan pada 375 catatan dan 22 penelitian (melibatkan 31.374 wanita hamil, dimana 18.920 kehamilan tersebut menjalani puasa Ramadan), dilaporkan bahwa dari 21 penelitian, tidak ada pengaruh puasa yang dijalani ibunya terhadap berat badan lahir bayi. Puasa Ramadan juga tidak menyebabkan kelahiran prematur. Selain itu, tidak ada data yang menunjukkan kematian perinatal akibat dari berpuasa Ramadan1.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Lebanon pada 502 ibu hamil dengan 426 ibu menjalankan puasa, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan gejala yang dirasakan oleh ibu yang berpuasa maupun yang tidak berpuasa. Gejala tersebut meliputi mual, diare, sakit kepala, hiper/hipotensi, hipoglikemia, infeksi, anemia pada trimester ke-2 maupun ke-3, dan penurunan gerakan janin di dalam kandungan. Berpuasa tidak meningkatkan peluang terjadinya gejala-gejala tersebut. Pada penelitian yang sama, menunjukkan bahwa ibu yang berpuasa pada saat hamil akan meningkatkan kegiatan spiritual2. Tentu saja ini akan berdampak baik pada kondisi kesehatan rohani dan kondisi emosional ibu hamil.
Lalu, bagaimana mengatur makan pada ibu hamil yang berpuasa?
Sebelum memutuskan untuk berpuasa, berkonsultasilah pada dokter, ahli gizi, bidan atau tenaga kesehatan lainnya untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu dan janin. Bila dirasa sehat dan aman, maka silahkan berpuasa. Saat berpuasa, sebaiknya ibu makan dan minum dengan jumlah yang sama banyak seperti saat tidak berpuasa. Sumber bahan makanan yang dikonsumsi juga harus bervariasi dan berimbang sesuai dengan kebutuhan saat hamil. Agar dapat terpenuhi asupan gizinya maka, makanlah dengan membagi frekuensi makan selama berbuka, malam hari, dan pada saat sahur. Jangan lupa cukupi kebutuhan cairan dengan cukup minum. Selain itu, konsumsi suplemen gizi yang diresepkan oleh tenaga kesehatan. Namun, bila dirasa ibu tidak kuat untuk berpuasa pada siang harinya, maka jangan paksakan untuk melanjutkan berpuasa, segera batalkan puasanya. Selamat berpuasa, salam sehat!
Referensi:
- Glazier JD, Hayes DJL, Hussain S, et al. The effect of Ramadan fasting during pregnancy on perinatal outcomes: A systematic review and meta-analysis. BMC Pregnancy Childbirth. 2018;18(1):1-11. doi:10.1186/s12884-018-2048-y
- Ghazal K, Khazaal J, Khazaal J, et al. Ramadan fasting during pregnancy: characteristics and outcomes. Int J Reprod Contraception, Obstet Gynecol. 2020;9(10):3936. doi:10.18203/2320-1770.ijrcog20204275